Jenis
penelitian sangat beragam macamnya, disesuaikan dengan cara pandang dan dasar
untuk memberikan klasifikasi akan jenis penelitian tersebut. Secara umum jenis
penelitian didasarkan pada cara pandang Etika Penelitian dan Pola Pikir yang
melandasi suatu model konseptual.
Jenis
penelitian sesuai dengan Etika Penelitian terdini dari 3 (tiga) macam yaitu:
penelitian terapetik, non-terapetik, dan pada subyek khusus. Untuk dapat
melaksanakan jenis penelitian ini disyaratkan untuk melakukan suatu tahapan
persiapan penelitian yang disebut sebagai Kode Etik Penelitian. Pada fase ini,
peneliti harus dapat mempertahankan apa yang menjadi rencana penelitiannya
didepan Majelis Kode Etik, yang akan mengeluarkan sertifikat Etika Penelitian
(Ethical Clearance) yang artinya peneliti dapat meneruskan penelitiannya,
dengan dipersyaratkan salah satunya adalah: mengadakan Informed Concent pada
calon sampel sebagal persetujuan
A. Penelitian Menurut Etika
1. Penelitian Terapetik
Penelitian terapetik adalah penelitian yang dilakukan
pada pasien dan ditujukan untuk pencapaian penyembuhan, baik dengan memberikan
obat maupun dengan cara lain, seperti pembedahan atau radiasi. Dalam hal ini
penelitian tersebut dapat berupa penelitian dasar (basic research) maupun
penelitian terapan (applied research). Pada umumnya institusi pendidikan
merupakan pusat penelitian dasar, sedangkan berbagai lembaga pemerintahan,
seperi LIPI, Dewan Ristek, dan lainnya melaksanakan kegiatan penelitian
terapan. Contoh penelitian tentang adanya efek metabolik (hipoglikemik dan
hipolipidemik) buncis dan bawang merah, akhirnya memberikan masukan untuk
penelitian dasar, yaitu untuk mengetahui bahan mumi dan mekanisme adanya
metabolik buncis dan bawang merah tersebut.
2. Penelitian Non-terapetik
Penelitian non-terapetik adalah penelitian pada pasien
serta tidak berkaitan langsung dengan pengobatan, meskipun akhirnya hasil
tersebut akan memberikan manfaat pada terapi. Penelitian ini bertujuan mencari
data kausal maupun konseptual yang dapat menjelaskan terjadinya suatu sindroma.
Penelitian non-terapetik hendaknya jangan dilakukan
pada ibu hamil atau menyusui yang mungkin dapat memberikan resiko pada janin
dan bayi. Contohnya adalah: pemeriksaan kadar C-peptide pada pasien DM, dapat
menentukan apakah DM tersebut Tipe IDDM ataukah NJDDM, yang pada akhirnya
penelitiannya akan bermanfaat pada bidang terapi.
B. Penelitian Pada Subyek Khusus/Tertentu
Penelitian pada subyek khusus atau tertentu, pada
umumnya adalah penelitian yang diterapkan pada subyek yang memiliki
ketergantungan pada orang lain (dependent-person), misalnya pada:
a.bayi atau anak di bawah umur,
b.wanita hamil atau menyusui,
c.pasien dengan gangguan jiwa atau keterbelakangan
mental, dan
d.kelompok sosial di bawah pengaruh
pimpinan atau penguasa, misalnya: mahasiswa kedokteran, perawat, pegawai rumah
sakit, pegawai farmasi, ketentaraan, penghuni lembaga pemasyarakatan, dan
pasien penyakit di daerah endemik.
C. Jenis Penelitian Menurut Pendekatan Analisis
Selain klasifikasi penelitian menurut cara pandang
etika, ada pula klasifikasi penelitian berdasarkan cara pandang melalui
pendekatan analisisnya. Dilihat dari pendekatan analisisnya, penelitian dibagi
menjadi dua macam, yaitu: penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif.
- Jenis penelitian menurut pendekatan kuantitatif
Penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan
analisisnya pada data-data numerikal (angka-angka) yang diolah dengan metoda
statistik. Pada dasarnya pendekatan kuantitatif dilakukan pada jenis penelitian
inferensial dan menyandarkan kesimpulan hasil penelitian pada suatu
probabilitas kesalahan penolakan hipotesis nihil. Dengan metoda kuantitatif
akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar
variabel yang diteliti. Pada umumnya, penelitian kuantitatif merupakan
penelitian dengan jumlah sampel besar. Bila disederhanakan penelitian
berdasarkan pendekatan kuantitatif secara mendalam dibagi menjadi: penelitian
deskriptif dan penelitian inferensial.
a.
Penelitian
deskriptif
Penelitian deskriptif melakukan analisis hanya sampai
taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan data secara sistematik,
sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan disimpulkan. Penelitian
deskriptif bertujuan menggambarkan secara sistematik dan akurat fakta dan
karakteristrik mengenai populasi atau mengenai bidang tertentu. Analisis yang
sering digunakan adalah: analisis persentase dan analisis kecenderungan.
Kesimpulan yang dihasilkan tidak bersifat umum.
b.
Penelitian
inferensial
Penelitian inferensial melakukan analisis hubungan
antar variabel dengan pengujian hipotesis. Dengan demikian, kesimpulan
penelitian jauh melebihi sajian data kuantitatif saja, dan diupayakan bersifat
umum.
D. Jenis Penelitian Menurut Pola Pikir
Jenis penelitian dipandang dari pola pikir dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu: (a) jenis penelitian menurut tujuannya dan (b)
menurut penerapannya.
a. Jenis Penelitian berdasarkan
Tujuan
1) Penelitian Eksploratif
Jenis penelitian eksploratif, adalah jenis penelitian
yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru. Sesuatu yang baru itu dapat
saja berupa pengelompokan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu.
Penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.
2) Penelitian Pengembangan
Jenis penelitian pengembangan bertujuan untuk
mengembangkan aspek ilmu pengetahuan. Misalnya: penelitian yang meneliti
tentang pemanfaatan terapi gen untuk penyakit-penyakit menurun.
3) Penelitian Verifikatif
Jenis penelitian ini bertujuan untuk menguji kebenaran
suatu fenomena. Misalnya saja, masyarakat mempercayai bahwa air sumur Pak
Daryan mampu mengobati penyakit mata dan kulit. Fenomena ini harus dibuktikan
secara klinik dan farmakologik, apakah memang air tersebut mengandung zat kimia
yang dapat menyembuhkan penyakit mata.
b. Jenis Penelitian Menurut
Penerapannya
1) Penelitian Dasar
Penelitian dasar yaitu penelitian tentang ilmu dasar
sehingga dengan demikian belum dapat diterapkan secara klinik. Misalnya daun
mahoni dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus. Hasil penelitian i,
nantinya dapat diterapkan pada manusia bila secara klinik terbukti
kebenarannya.
2) Penelitian Terapan
Penelitiän terapan adalah penelitian yang hasilnya
dapat langsung digunakan untuk kepentingan masyarakat, karena sudah lulus dalam
uji klinik. Pada awalnya penelitian terapan ini didasarkan pada hasil
penelitian dasar Misalnya efek hipoglikemik buncis, bawang merah, dan bawang
putih pada pasien DM.
E. Jenis Penelitian Menurut Pelaksanaan dan Pendekatan
1. Penelitian Longitudinal
Penelitian longitudinal adalah penelitian yang
dilakukan dengan ciri: waktu penelitian lama, memerlukan biaya yang relatif
besar, dan melibatkan populasi yang mendiami wilayah tertentu, dan dipusatkan
pada perubahan variabel amatan dari waktu ke waktu. Penelitian ini secara umum
bertujuan untuk mempelajari pola dan urutan perkembangan dan/atau perubahan
sesuatu hal, sejalan dengan berlangsungnya perubahan waktu.
a.
Kohort
Penelitian kohort sering juga disebut penelitian follow
up atau penelitian insidensi, yang dimuali dengan sekelompok orang (kohor) yang
bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam sub kelompok tertentu
sesuai dengan paparan terhadap sebuah penyebab potensial terjadinya penyakit
atau outcome.
Penelitian kohor memberikan informasi terbaik tentang
penyebab penyakit dan pengukurannya yang paling langsung tentang resiko
timbulnya penyakit. Jadi ciri umum penelitian kohor adalah:
1) dimulai dari pemilihan subyek
berdasarkan status paparan
2) melakukan pencatatan terhadap
perkembangan subyek dalam kelompok studi amatan.
3) dimungkinkan penghitungan laju
insidensi (ID) dan masing-masing kelompok studi.
4) peneliti hanya mengamati dan
mencatat paparan dan penyakit dan tidak dengan sengaja mengalokasikan paparan.
Oleh karena penelitian kohor diikuti dalam suatu
periode tertentu, maka rancangannya dapat bersifat restropektif dan prospektif,
tergantung pada kapan terjadinya paparan pada saat peneliti mau mengadakan
penelitian.
Rancangan penelitian kohor prospektif, jika paparan
sedang atau akan berlangsung, pada saat penelitian memulai penelitiannya.
Rancangan kohor retrospektif, jika paparan telah terjadi sebelum peneliti
memulai penelitiannya. Jenis penelitian ini sering disebut sebagai penelitian
prospektif historik.
Kelebihan penelitian jenis kohor adalah sebagai
berikut:
1) adanya kesesuaian dengan logika
studi eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu penelitian dimulai
dengan menentukan faktor “penyebab” yang diikuti dengan
akibat.
2) peneliti dapat menghitung laju
insidensi, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin dilakukan pada studi kasus
kontri, sehingga raju insidensi (IDR).
3) sesuai untuk meneliti paparan
yang langka.
4) memungkinkan peneliti mempelajari
sejumlah efek secara serentak dan sebuah paparan.
5) bias yang terjadi kecil
6) tidak ada subyek yang sengaja
dirugikan.
Kelemahan penelitian kohor pun ada, yang meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1) membutuhkan waktu yang lebih lama
dan biaya yang mahal.
2) membutuhkan ketersediaan data
sekunder yang cukup mendukung.
3) Tidak efisien dan tidak praktis
untuk mempelajari penyakit yang langka. : hilangnya subyek amatan selama masa
penelitian.
4) tidak cocok menentukan merumuskan
hipotesis tentang faktor etiologi lainnya untuk penyakit amatan.
b.
Penelitian
cross-sectional (Lintas-Bagian)
Penelitian lintas-bagian adalah penelitian yang
mengukur prevalensi penyakit~ Oleh karena itu seringkali disebut sebagai
penelitian prevalensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan
penyakit dengan paparan dengan cara mengamati status paparan dan penyakit
secara serentak pada individu dan populasi tunggal pada satu saat atau periode
tertentu.
Penelitian lintas-bagian relatif lebih mudah dan murah
untuk dikerjakan oleh peneliti dan amat berguna bagi penemuan pemapar yang
terikat erat pada karakteristik masing-masing individu. Data yang berasal dari
penelitian ini bermanfaat untuk: menaksir besarnya kebutuhan di bidang
pelayanan kesehatan dan populasi tersebut. instrumen yang sering digunakan
untuk memperoleh data dilakukan melalui: survei, wawancara, dan isian
kuesioner.
Kelebihan penelitian lintas-bagian adalah: mudah untuk
dilakukan, murah, dan tidak memaksa subyek untuk mengalami faktor yang
diperkirakan bersifat merugikan kesehatan (faktor resiko) dan tidak ada subyek
yang kehilangan kesempatan untuk memperoleh terapi yang diperkirakan
bermanfaat.
Kelemahan penelitian lintas-bagian adalah memiliki
validitas inferensi yang lemah dan kurang mewakili sejumlah populasi yang
akurat, oleh karena itu penelitian ini tidak tepat bila digunakan untuk
menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit.
c.
Penelitian Kasus
Kontrol (case control)
Penelitian kasus kontrol adalah rancangan
epidemiologis yang mempelajari hubungan antara paparan (amatan penelitian) dan
penyakit, dengan cara membandingkan kelompok kasus dan kelompok kontrol
berdasarkan status paparannya. Ciri penelitian ini adalah: pemilihan subyek
berdasarkan status penyakitnya, untuk kemudian dilakukan amatan apakah subyek
mempunyai riwayat terpapar atau tidak. Subyek yang didiagnosis menderita
penyakit disebut: Kasus berupa insidensi yang muncul dan populasi, sedangkan
subyek yang tidak menderita disebut Kontrol.
Jenis penelitian ini dapat saja berupa penelitian
restrospektif bila peneliti melihat ke belakang dengan menggunakan data yang
berasal dari masa lalu atau bersifat prospektif bila pengumpulan data
berlangsung secara berkesinambungan sering dengan berjalannya waktu. Idealnya
penelitian kasus kontrol itu menggunakan kasus (insiden) baru untuk mencegah
adanya kesulitan dalam menguraikan faktor yang berhubungan dengan penyebab dan
kelangsungan hidup.
F. Jenis Penelitian Menurut Desain dan Bobot Penelitian
1. Penelitian Historis (historical
research)
Tujuan penelitian histonis adalah untuk membuat rekonstruksi
masa lampau secara sistematis dan secara sistematis dan objektif, dengan cara
mengumpulkan, mengevaluasi, memverifisi, serta mensintesiskan bukti-bukti untuk
menegakkan fakta dan memperoleh kesimpulan yang kuat. Seringkali penelitian
yang demikian itu berkaitan dengan hipotesis-hipotesis tertentu.
Contoh penelitian historis adalah Studi mengenai
praktek “bawon” di daerah pedesaan
di Jawa Tengah, yang bermaksud memahami dasar-dasarnya diwaktu yang lampau
serta relevansinya untuk waktu kini; studi ini dimaksudkan juga untuk mentest
hipotesis bahwa nilai-nilai sosial tertentu serta rasa solidaritas memainkan
peranan penting dalam berbagai kegiatan ekonomi pedesaan.
Ciri yang menonjol dari penelitian historis adalah;
a. Penelitian historis lebih
bergantung kepada data yang diobservasi orang lain dari pada yang diobservasi
oleh peneliti sendiri. Data yang baik akan dihasilkan oleh kerja yang cermat
yang menganalisis keotentikan, ketepatan, dan pentingnya sumber-sumbernya.
b. Berlainan dengan anggapan yang populer,
penelitian historis haruslah tertib ketat, sistematis, dan tuntas; seringkali
penelitian yang dikatakan sebagai suatu “penelitian historis”
hanyalah koleksi informasi-informasi yang tak layak, tak reliabel, dan berat
sebelah.
c.“Penelitian historis”
tergantung kepada dua macam data, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dari sumber primer, yaitu Si peneliti (penulis) secara
langsung melakukan observasi atau menyaksikan kejadian-kejadian yang
dituliskan. Data sekunder diperoleh dan sumber sekunder, yaitu peneliti
melaporkan hasil observasi orang lain yang satu kali atau lebih telah lepas
dari kejadian aslinya. Di antara kedua sumber itu, sumber primer dipandang
sebagai memiliki otoritas sebagai bukti tangan pertama, dan diberi prionitas
dalam pengumpulan data.
d. Untuk menentukan bobot data,
biasa dilakukan dua macam kritik, yaitu kritik eksternal dan kritik internal.
Kritik eksternal menanyakan “apakah dokumen relik
itu otentik”, sedang kritik internal menanyakan “Apabila
data itu otentik, apakah data tersebut akurat dan relevan?”.
Kritik internal harus menguji motif, keberatsebelahan, dan keterbatasan si
penulis yang mungkin melebih-lebihkan atau mengabaikan sesuatu dan memberikan
informasi yang terpalsu. Evaluasi kritis inilah yang menyebabkan “penelitian
historis” itu sangat tertib-ketat, yang dalam banyak hal lebih
dibanding dari pada studi eksperimental.
e. Walaupun penelitian historis
mirip dengan penelaahan kepustakaan yang mendahului lain-lain bentuk rancangan
penelitian, namun cara pendekatan historis adalah lebih tuntas, mencari
informasi dan sumber yang lebih luas. “Penelitian historis”
juga menggali informasi-informasi yang lebih tua dari pada yang umum dituntut
dalam penelaahan kepustakaan, dan banyak juga menggali bahan-bahan tak
diterbitkan yang tak dikutip dalam bahan acuan yang standar.
Langkah pokok untuk melaksanakan penelitian historis
sebagai berikut:
a. Definisi masalah. Ajukan
pertanyaan-pertanyaan berikut kepada diri sendiri:
1) Apakah cara pendekatan historis ini
merupakan yang terbaik bagi masalah yang sedang digarap?
2)Apakah data penting yang diperlukan mungkin di
dapat?
3) Apakah hasilnya nanti mempunyai
cukup kegunaan?
b. Rumuskan tujuan penelitian dan
jika mungkin, rumuskan hipotesis yang akan memberi arah dan fokus bagi kegiatan
penelitian itu.
c. Kumpulkan data, dengan selalu
mengingat perbedaan antara sumber primer dan sumber sekunder.
d. Suatu keterampilan yang sangat
penting dalam penelitian historis adalah cara pencatatan data : dengan sistem
kartu atau dengan sistem lembaran, kedua duanya dapat dilakukan.
e. Evaluasi data yang diperoleh
dengan melakukan kritik eksternal dan kritik internal.
f. Tuliskan laporan.
2. Penelitian Deskriptif
(descriptive research)
Tujuan penelitian deskriptif adalah untuk membuat
pecandraan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.
Beberapa contoh penelitian macam ini adalah:
a. Survei mengenai pendapat umum
untuk menilai sikap para pemilih terhadap rencana perubahan tahun pelajaran.
b. Survei dalam suatu daerah
mengenai kebutuhan akan pendidikan keterampilan.
c. Studi mengenai kebutuhan tenaga
kerja akademik pada suatu kurun waktu tertentu.
d. Penelitian mengenai taraf serap
pelajar-pelajar SMA.
Ciri yang menonjol dan penelitian deskriptif adalah
sebagai berikut : Secara harfiah, penelitian deskriptif adalah penelitian yang
bermaksud untuk membuat pencandaan (deskripsi) mengenai situasi atau kejadian.
Dalam anti ini penelitian deskriptif itu adalah akumulasi data dasar dalam cara
deskriptif semata-mata tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan,
mentest hipotesis, membuat ramalan, atau mendapatkan makna dan implikasi,
walaupun penelitian yang bertujuan untuk menemukan hal-hal tersebut dapat mencakup
juga metode deskriptif. Tetapi para ahli dalam bidang penelitian tidak ada
kesepakatan mengenai apa sebenarnya penelitian deskriptif itu. Sementara ahli
memberikan arti penelitian deskriptif itu lebih luas dan mencakup segala macam
bentuk penelitian kecuali penelitian historis dan penelitian eksperimental,
dalam anti luas, biasanya digunakan istilah penelitian survei.
Tujuan penelitian survei:
a. Untuk mencari informasi faktual
yang mendetail yang mencandra gejala yang ada.
b. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah
atau bentuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang
berlangsung.
c. Untuk membuat komparasi dan
evaluasi.
d. Untuk mengetahui apa yang
dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang
sama, agan dapat belajar dari meneka untuk kepentingan pembuatan rencana dan
pengambilan keputusan di masa depan.
3. Penelitian Perkembangan
(developmental research)
Tujuan penelitian perkembangan adalah untuk
menyelidiki pola dan perurutan pertumbuhan dan/atau perubahan sebagai fungsi
waktu.
Beberapa contoh penelitian perkembangan yang lazim
dilakukan:
a. Studi-studi longitudinal mengenai
pertumbuhan yang secara langsung mengukur sifat-sifat dan laju
perubahan-perubahan pada sampel sejumlah anak pada taraf-taraf perkembangan
yang berbeda-beda.
b. Studi-studi cross-sectional yang
mengukur sifat-sifat dan laju perubahan-perubahan pada sejumlah sampel yang
terdiri dari kelompok-kelompok umur yang mewakili taraf perkembangan yang
berbeda-beda.
c. Studi-studi kecenderungan yang
dimaksudkan untuk menentukan pola-pola perubahan di masa lampau agar dapat
meramalkan pola-pola dan kondisi-kondisi di waktu yang akan datang.
Ciri penelitian perkembangan yang menonjol sebagai
berikut:
a. Penelitian perkembangan
memusatkan perhatian pada studi mengenai variabel-variabel dan perkembangannya
selama beberapa bulan atau beberapa tahun. Tugasnya adalah menjawab
pertanyaan-pertanyaan ~ pola-pola pertumbuhannya, lajunya, arahnya,
perurutannya, dan bagaimana berbagai faktor berhubungan satu sama lain dan
mempengaruhi sifat-sifat perkembangan itu?”.
b. Masalah sampling dalam studi
longitudinal adalah kompleks karena terbatasnya subyek yang dapat diikuti dalam
waktu yang lama; berbagai faktor mempengaruhi atrisi dalam studi longitudinal.
Lebih dan itu, sekali dimulai, metode longitudinal tidak memungkinkan perbaikan
dalam hal-hal teknis tanpa kehilangan kontinuitas metode itu.
c. Studi-studi cross-sectional
biasanya meliputi subyek lebih banyak, tetapi mencandra faktor pertumbuhan yang
lebih sedikit dari pada studi longitudinal. Walaupun metode longitudinal itu
adalah satu-satunya metode langsung untuk mempelajari perkembangan manusia,
namun cara pendekatan cross-sectional lebih murah dan lebih cepat karena kurun
waktu yang panjang diganti oleh pengambilan sampel dan berbagai kelompok umur.
Dalam metode cross sectional soal sampling adalah rumit. Untuk membuat
generalisasi intrinsik mengenai pola perkembangan dan sampel anak-anak dan
perurutan umur ini mengandung risiko mencampuradukkan perbedaan-perbedaan antar
kelompok yang timbul dan proses sampling.
d. Studi kecenderungan mengandung
kelemahan bahwa faktor-faktor yang tak dapat diramalkan mungkin masuk dan
memodifikasi atau membuat kecenderungan yang didasarkan masa lampau menjadi
tidak sah. Pada umumnya, ramalan untuk masa yang panjang adalah hanya educated
guess, sedang ramalan untuk waktu yang pendek lebih reliabel dan lebih valid.
Langkah pokok yang harus dilakukan dalam penelitian
perkembangan:
a. Definisikan masalahnya atau
rumuskan tujuan-tujuannya.
b. Lakukan penelaahan kepustakaan
untuk menentukan garis dasar informasi yang ada dan memperbandingkan
metodologi-metodologi penelitian, termasuk alat-alat yang telah ada dan
teknik-teknik pengumpulan data yang telah dikembangkan.
c. Rancangan cara pendekatan.
d. Kumpulkan data.
e. Evaluasi data yang terkumpul
f. Susun laporan mengenai hasil
evaluasi itu.
4. Penelitian Kasus dan Penelitian Lapangan (Case Study
And Field Research).
Tujuan penelitian kasus dan penelitian lapangan adalah
untuk mempelajari secara intensif tentang latar belakang keadaan sekarang, dan
interaksi lingkungan sesuatu unit sosial: individu, kelompok, lembaga, atau
masyarakat.
Contoh penelitian kasus dan penelitian lapangan yang
umum dilaksanakan:
a. Studi-studi yang dilakukan Piaget
mengenai perkembangan kognitif pada anakanak.
b. Studi secara mendalam mengenai
seorang anak yang mengalami ketidakmampuan belajar yang dilakukan oleh seorang
ahli psikologi.
c. Studi secara intensif mengenai
kebudayaan “kota dalam” serta kondisi-kondisi
kehidupannya pada suatu kota metropolitan.
d. Studi lapangan yang tuntas
mengenal kebudayaan kelompok-kelompok masyarakat terpencil.
Ciri utama yang menonjol adalah:
a. Penelitian kasus adalah
penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan
gambaran yang lengkap dan terorganisasi baik mengenai unit tersebut. Tergantung
kepada tujuannya, ruang lingkup penelitian itu mungkin mencakup keseluruhan
siklus kehidupan atau hanya segmen-segmen tertentu saja; studi demikian itu mungkin
mengkonsentrasikan diri pada faktor-faktor khusus tertentu atau dapat pula
mencakup keseluruhan faktor-faktor dan kejadian-kejadian.
b. Dibanding dengan studi survei
yang cenderung untuk meneliti sejumlah kecil variabel pada unit s~mpel yang
besar, studi kasus cenderung untuk meneliti jumlah unit yang kecil tetapi
mengenai variabel-variabel dan kondisi-kondisi yang besar jumlahnya.
Keunggulan yang utama dan penelitian kasus sebagai
berikut:
a. Penelitian kasus terutama sangat
berguna untuk informasi latar belakang guna perencanaan penelitian yang lebih
besar dalam ilmu-ilmu sosial. Karena studi yang demikian itu intensif sifatnya,
menerangi variabel yang penting, proses, dan interaksi, yang memerlukan
perhatian yang lebih luas. Penelitian kasus itu merintis dasar baru dan sering
kali merupakan sumber hipotesis-hipotesis untuk penelitian lebih jauh.
b. Data yang diperoleh dan
penelitian kasus memberikan contoh yang berguna untuk memberi ilustrasi
mengenai penemuan yang digeneralisasikan dengan statistik.
Kelemahan penelitian kasus meliputi:
a. Karena fokusnya yang terbatas
pada unit-unit yang sedikit jumlahnya, penelitian kasus itu terbatas sifat
representatifnya. Studi yang demikian itu tidak memungkinkan generalisasi
kepada populasinya, sebelum penelitian lanjutan yang berfokus pada hipotesis
tertentu dan menggunakan sampel yang layak selesai dikerjakan.
b. Penelitian kasus terutama sangat
peka terhadap keberatsebelahan subyektif. Kasusnya sendiri mungkin dipilih atas
dasar sifat dramatiknya dan bukan atas dasar sifat khasnya. Sejauh pendapat
selektif menentukan apakah data tertentu diikutsertakan atau tidak, atau
memberikan makna tinggi atau rendah, atau menempatkan data tersebut dalam
konteks tertentu dan bukan pada konteks yang lain, maka interpretasi subyektif
akan mempengaruhi hasilnya.
Langkah pokok yang harus dilakukan untuk melaksanakan
penelitian kasus meliputi:
a. Rumuskan tujuan yang akan
dicapai. Apakah yang dijadikan unit studi itu dan sifat-sifat, saling hubungan
serta proses yang mana yang akan menuntun penelitian?.
b. Rancangan cara pendekatannya.
Bagaimana unit-unit itu akan dipilih? Sumber data mana yang tersedia? Metode
pengumpulan data mana yang akan digunakan?.
c. Kumpulkan data.
d. Organisasikan data dan informasi
yang diperoleh itu menjadi rekonstruksi unit studi yang koheren dan terpadu
secara baik.
e. Susunlah laporannya dengan
sekaligus mendiskusikan makna hasil tersebut.
5. Penelitian Korelasional (correlational research)
Tujuan penelitian korelasional adalah untuk mendeteksi
sejauh mana variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi
pada satu atau lebih faktor lain berdasarkan pada koefisien korelasi.
Contoh penelitian korelasional yang umum dilakukan:
a. Studi yang mempelajari saling
berhubungan antara skor pada test masuk perguruan tinggi indeks prestasi.
b. Studi secara analisis faktor
mengenai beberapa test kepribadian.
c. Studi untuk meramalkan
keberhasilan belajar berdasarkan atas skor pada test bakat.
Ciri penelitian korelasional meliputi:
a. Penelitian macam ini cocok
dilakukan bila variabel yang diteliti rumit dan/atau tak dapat diteliti dengan
metode eksperimental atau tak dapat dimanipulasikan.
b. Studi macam ini memungkinkan
pengukuran beberapa variabel dan saling berhubungannya secara serentak dalam
keadaan realistiknya.
c. Apa yang diperoleh adalah taraf
atau tinggi rendahnya saling hubungan dan bukan ada atau tidak adanya saling
hubungan tersebut.
d. Hal ml berbeda misalnya dengan
pada penelitian eksperimental, yang dapat memperoleh hasil mengenai ada atau
tidak adanya efek tertentu.
Penelitian korelasional mengandung
kelemahan-kelemahan, antara lain adalah sebagai berikut:
a. Hasilnya cuma mengidentifikasikan
apa sejalan dengan apa, tidak mesti menunjukkan saling hubungan yang bersifat
kausal.
b. Jika dibandingkan dengan
penelitian eksperimental, penelitian korelasional itu kurang tertib-ketat,
karena kurang melakukan kontrol terhadap variabel-variabel bebas.
c. Pola saling hubungan itu sering
tak menentu dan kabur.
d. Sering merangsang penggunaannya
sebagai macam short-gun approach, yaitu memasukkan berbagal data tanpa
pilih-pilih dan menggunakan setiap interpretasi yang berguna dan bermakna.
Langkah pokok dalam melaksanakan penelitian
korelasional adalah;
a. Definisikan masalah.
b. Lakukan penelaahan kepustakaan.
c. Rancangkan cara pendekatannya:
1) Indentifikasikan
variabel-variabel yang relevan;
2) Tentukan
subyek yang sebaik-baiknya;
3) Pilih
atau susun alat pengukur yang cocok;
4) Pilih
metode korelasional yang cocok untuk masalah yang sedang digarap.
d. Kumpulkan
data.
e. Analisis
data yang telah terkumpul dan buat interpretasinya.
f. Tuliskan
laporan.
6. Penelitian Kausal-Komparatif (Causal-comparative
research)
a. Tujuan
Tujuan penelitian kausal-komparatif adalah untuk
menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan cara: berdasar atas
pengamatan terhadap akibat yang ada mencari kembali faktor yang mungkin menjadi
penyebab melalui data tertentu. Hal ini berlainan dengan metode eksperimental
yang mengumpulkan datanya pada waktu kini dalam kondisi yang dikontrol.
b. Contoh
1) Penelitian
mengenai faktor yang menjadi ciri pribadi yang gampang dan tidak gampang
mendapat kecelakaan dengan menggunakan data yang berwujud catatan yang ada pada
perusahaan asuransi.
2) Mencari
pola tingkah laku dan prestasi belajar yang berkaitan dengan perbedaan umur
pada waktu masuk sekolah, dengan cara menggunakan data deskriptif mengenai
tingkah laku dan skor test prestasi belajar yang terkumpul sampai anak-anak
yang bersangkutan kelas VI SD.
3) Penelitian
kausal-komperatif bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan setelah
semua kejadian yang dipersoalkan berlangsung (lewat). Peneliti mengambil satu
atau lebih akibat (sebagai “dependent variabel)
dan menguji data itu dengan menelusuri kembali ke masa lampau untuk mencari
sebab-sebab, saling hubungan, dan maknanya.
c. Keunggulan
Metode kausal-komparatif adalah baik untuk berbagai
keadaan kalau metode yang lebih kuat, yaitu metode eksperimental, tak dapat
digunakan:
1) Apabila
tidak selalu mungkin untuk memilih, mengontrol, dan memanipulasikan
faktor-faktor yang perlu untuk menyelidiki hubungan sebab-akibat secara
langsung.
2) Apabila
pengontrolan terhadap semua variabel kecuali variabel bebas sangat tidak
realistik dan dibuat-buat, yang mencegah interaksi normal dengan lain-lain
variabel yang berpengaruh.
3) Apabila
kontrol di laboratorium untuk berbagai tujuan penelitian adalah tidak praktis,
terlalu mahal, atau dipandang dan segi etika diragukan/dipertanyakan.
d. Kelemahan
Kelemahan utama setiap rancangan ex post facto adalah
tidak adanya kontrol terhadap variabel bebas. Dalam batas pemilihan yang dapat
dilakukan, penelitian harus mengambil fakta yang dijumpainya tanpa kesempatan
untuk mengatur kondisi atau memanipulasikan variabel-variabel yang mempengaruhi
fakta-fakta yang dijumpainya itu. Untuk dapat mencapai kesimpulan yang sehat,
peneliti harus mempertimbangkan segala alasan yang mungkin diajukan yang
mungkin mempengaruhi hasil-hasil yang dicapai. Sejauh peneliti dapat dengan
sukses membuat justifikasi kesimpulannya terhadap alternatif lain itu, dia ada
dalam posisi yang secara relatif kuat.
7. Penelitian Eksperimental-Sungguhan (true-experimental
research).
a. Tujuan
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk
menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan
kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan
dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang
tidak dikenai kondisi perlakuan.
b. Contoh
1) Penelitian
untuk menyelidiki pengaruh dua metode mengajar sejarah pada murid-murid kelas
Ill SMA sebagai fungsi ukuran kelas (besar dan kecil) dan taraf inteligensi
murid (tinggi, sedang, rendah), dengan cara menempatkan guru secara random
berdasarkan inteligensi, ukuran kelas, dan metode mengajar.
2) Penelitian
untuk menyelidiki efek program pencegahan penyalahgunaan obat terhadap sikap
murid-murid SMP, dengan menggunakan kelompok eksperimen (yang diperkenalkan
dengan program itu), dan dengan menggunakan rancangan pre test-post test dimana
hanya separo dari murid-murid itu secara random menenma pretest untuk
menentukan seberapa besarnya perubahan sikap itu dapat dikatakan disebabkan
oleh pre-testing atau oleh program pendidikan.
3) Penelitian
untuk menyelidiki efek pemberian tambahan makanan di sekolah kepada murid-murid
SD di suatu daerah dengan memperhatikan keadaan sosial ekonomi orang tua dan
taraf inteligensi.
c. Ciri
1) Pengaturan
variabel-variabel dan kondisi-kondisi eksperimental secara tertib ketat, baik
dengan kontrol atau manipulasi langsung maupun dengan randomisasi (pengaturan
secara rambang).
2) Secara
khas menggunakan kelompok kontrol sebagai “garis dasar”
untuk dibandingkan dengan kelompok (kelompok-kelompok) yang dikenal perlakuan
eksperimental.
3) Memusatkan
usaha pada pengontrolan variabel
4) Internal
validity merupakan tujuan pertama metode eksperimental. Pernyataan yang perlu
dijawab adalah: Apakah manipulasi eksperimental pada studi ini memang
benar-benar menimbulkan perbedaan?
5) Tujuan
ke dua metode eksperimental adalah external validity yang menanyakan persoalan:
seberapa repsentatifkah penemuan penelitian ini dan seberapa jauh hasilnya
dapat digeneralisasikan kepada subyek atau kondisi yang semacam?
6) Dalam
rancangan eksperimental yang klasik, semua variabel penting diusahakan agar
konstan kecuali variabel perlakuan yang secara sengaja dimanipulasikan atau
dibiarkan bervariasi. Misalnya rancangan faktoral dan analisis variabel, dapat
sekaligus menggunakan lebih dan satu kelompok eksperimental. Hal-hal yang
demikian itu memungkinkan untuk secara serempak menentukan (1) efek variabel
bebas utama (perlakuan), (2) variasi yang berkaitan dengan variabel yang
digunakan untuk membuat klasifikasi, dan (3) interaksi antara kombinasi
variabel bebas dan atau variabel yang digunakan untuk membuat klasifikasi
tertentu.
7) Walaupun
cara pendekatan eksperimental itu adalah yang paling kuat karena cara ini
memungkinkan untuk mengontrol variabel-variabel yang relevan, namun cara ini
juga paling nestnktif dan dibuat-buat (artificial). Ciri inilah yang merupakan
kelemahan utama kalau metode ini dikenakan kepada manusia dalam dunianya,
karena manusia sering berbuat lain apabila tingkah lakunya dibatasi secara
artifisial, dimanipulasikan atau diobservasi secara sistematis dan dievaluasi.
8. Penelitian Eksperimental-Semu (quasi-experimental
research)
a. Tujuan
Tujuan penelitian eksperimental-semu adalah untuk
memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat
diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak
memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang
relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada
internal validity dan external validity rancangannya dan berbuat sesuai dengan
keterbatasan-keterbatasan tersebut.
b. Contoh
1) Penelitian
untuk menyelidiki efek dua macam cara menghafal (spaced vs. Massed practice)
dalam menghafal suatu daftar kata-kata asing pada empat buah SMA tanpa dapat
menentukan penempatan murid pada perlakuan secara random atau mengawasi
waktu-waktu latihannya secara cermat.
2) Penelitian
untuk menilai keefektifan tiga cara mengajar konsep dasar dan prinsip ekonomi
di SD apabila guru tertentu dapat secara sukarela menjalankan pengajaran itu
karena tertarik akan bahannya.
3) Penelitian
pendidikan yang menggunakan pre test-post test, yang di dalamnya variabel
seperti kematangan, efek testing, regresi statistik, atrisi selektif, dan
adaptasi tidak dapat dihindari atau justru terlewat dan penelitian.
4) Berbagai
penelitian mengenai berbagai problem sosial seperti kenakalan, keresahan,
merokok, jumlah penderita penyakit jantung, dan sebagainya, yang di dalamnya
kontrol dan manipulasi tidak selalu dapat dilakukan.
c. Ciri
1) Penelitian
eksperimental-semu secara khas mengenai keadaan praktis, yang di dalamnya
adalah tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan kecuali
beberapa dan variabel tersebut. Si peneliti mengusahakan untuk sampai sedekat
mungkin dengan ketertiban penelitian eksperimental yang sebenarnya, dengan
hati-hati menunjukkan perkecualian dan keterbatasannya. Karena itu, atas
identifikasi secara hati-hati mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi internal
validity dan external validity.
2) Perbedaan
antara penelitian eksperimental-sungguhan dan penelit1an eksperimental-semu
adalah kecil, terutama kalau yang dipergunakan sebagai subyek adalah manusia
misalnya dalam psikologi.
3) Walaupun
penelitian tindakan dapat mempunyai status eksperimental-semu, namun seringkali
penelitian tersebut sangat tidak formal, sehingga perlu diberi kategori
tersendiri. Sekali rencana penelitian telah dengan sistematis menguji masalah
validitas, bergerak menjauhi alam intuitif dan penjelajahan (exploratory), maka
permulaan metode eksperimental telah mulai terwujud.
9. Penelitian Tindakan (action research)
a. Tujuan
Penelitian
tindakan bertujuan mengembangkan keterampilan-keterampilan baru atau cara
pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah dengan penerapan langsung di dunia
kerja atau dunia aktual yang lain.
b. Contoh
Suatu
program inservice training untuk melatih para konselor bekera dengan anak putus
sekolah; untuk menyusun program penjajagan dalam pencegahan kecelakaan pada
pendidikan pengemudi; dan untuk memecahkan masalah apatisme dalam penggunaan
teknologi modem atau metode menanam padi yang inovatif.
c. Ciri
1) Praktis dan langsung relevan untuk
situasi aktual dalam dunia kerja.
2) Menyediakan rangka-kerja yang teratur
untuk pemecahan masalah dan perkembangan barn, yang lebih baik dari pada cara
pendekatan impresionistik dan fragmentaris. Cara penelitian ini juga empiris
dalam arti bahwa penelitian tersebut mendasarkan diri kepada observasi aktual
dan data mengenai tingkah laku, dan tidak berdasar pada pendapat subyektif yang
didasarkan pada pengalaman masa lampau.
3) Fleksibel dan adaptif, membolehkan
perubahan selama masa penelitiannya dan mengorbankan kontrol untuk kepentingan
on the spot experimentation dan inovasi.
4) Walaupun berupaya supaya sistematis,
namun penelitian tidak akan terlepas dan ketidaktertiban ilmiah, karenanya
validitas internal dan eksternalnya adalah lemah. Tujuannya situasional,
sampelnya terbatas dan tidak representatif, dan kontrolnya terhadap variabel
bebas sangat kecil. Karena itu, hasilnya walaupun berguna untuk dimensi
praktis, namun tidak secara langsung memberi sumbangan kepada ilmunya.
RANCANGAN
PENELITIAN
Rancangan
atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses
pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian
meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan
perencanaan dimulai dengan mengadakan observasi dan evaluasi terhadap
penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka
konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan
pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan
serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrumen,
pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan
pemahaman tersebut di atas, maka tujuan rancangan penelitian adalah untuk
memberikan suatu rencana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian.
Konsideran utamanya dalam rancangan perencanaan adalah untuk mengkhususkan
mekanisme kontrol yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga jawaban atas
pertanyaan akan menjadi jelas dan sahih. Selanjutnya rancangan penelitian dalam
makna pelaksanaan, sangat terkait dengan pembuktian hipotesis, menyatakan suatu
kejelasan hubungan sebab akibat dan setiap variabel yang terlibat, dan dari
penentuan instrumen pengumpulan data akan jelas terukur tingkat validitas
internal dan validitas eksternal.
Rancangan
penelitian lebih menekankan pada aspek baik atau tidak baik dan sangat
tergantung pada derajat akurasi yang diinginkan oleh peneliti, derajat
pembuktian hipotesis, dan tingkat perkembangan dan ilmu pengetahuan yang
menjadi perhatian. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa
rancangan penelitian tidak ada yang tepat sekali, satu sama lain memiliki titik
lebih dan titik kurang. Penentuan rancangan penelitian seringkali didasarkan
pada pertimbangan praktis dan kompromi peneliti terhadap cakupan area
penelitiannya.
Oleh
karena itu, rancangan penelitian banyak sekali ragamnya. Para ahli belum ada
kesepakatan diam penggolongan rancangan penelitian. Namun demikian, secara umum
rancangan penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu: rancangan penelitian
tanpa perlakuan (kelompok deskriptif) dan rancangan penelitian dengan perlakuan
(kelompok eksperimen).
A. Rancangan Penelitian Deskriptif
Rancangan
penelitian deskriptif pada dasarnya bertujuan untuk memberikan deskripsi dengan
maksud untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tipe deskripsi yang
dihasilkan tergantung pada banyaknya informasi yang dimiliki peneliti tentang
topik sebelum proses pengumpulan data. Secara umum, biasanya rancangan
deksriptif dibagi menjadi dua yaitu: rancangan eksploratori dan survei.
Rancangan deskriptif yang lainnya adalah sensus atau penelitian populasi. Ciri
utama dan rancangan penelitian deskriptif tidak menyatakan adanya hubungan
sebab dan akibat serta tidak terlalu kompleks, karena biasanya penelitian
ditujukan untuk meneliti variabel atau populasi tunggal.
1. Rancangan penelitian eksploratori
Jenis
rancangan penelitian eksploratif, adalah jenis rancangan penelitian yang
bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dari hasil eksplorasi yang mendalam
pada obyek tertentu. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokan
suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. Rancangan penelitian ini banyak
memakan waktu dan biaya.
2. Rancangan penelitian survei
Penetapan
rancangan penelitian survei bertujuan:
a. Untuk mencari informasi faktual yang
mendetail yang mencandra gejala yang ada.
b. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah
atau bentuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang
berlangsung.
c. Untuk membuat komparasi dan evaluasi.
d. Untuk mengetahui apa yang dikerjakan
oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama, agar dapat
belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan
keputusan di masa depan.
B. Rancangan Penelitian Eksperimen
Semua
rancangan percobaan atau eksperimen mempunyai karakteristik sentral yaitu
didasarkan pada adanya manipulasi variabel bebas dan mengukur efek pada
variabel terikat. Rancangan eksperimen klasik terdiri dan kelompok eksperimen
dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen, variabel bebasnya dimanipulasi.
Dalam kelompok kontrol variabel terikatnya yang diukur, maka tidak ada perubahan
yang dibuat pada variabel bebasnya.
Secara
umum ciri rancangan penelitian eksperimen yang baik adalah:
1. Subyek secara acak dipilih ke dalam
kelompok-kelompok.
2. Peneliti merancang manipulasi yang akan
diberikan pada variabel eksperimen dan dilakukan kontrol yang ketat.
3. Terdapat setidak-tidaknya dua kelompok
yaitu kelompok eksperimen dan kontrol yang satu sama lain sebagai pembanding.
4. Selalu digunakan analisis varians untuk
meminimalkan varians dan error dan memaksimumkan varians dari variable yang
diteliti dan berkaitan dengan hipotesis yang ditetapkan.
Oleh
karena peneliti harus mampu melakukan kontrol yang ketat terhadap variabel
eksperimen, maka ada tiga prinsip dasar dalam pelaksanaan rancangan eksperimen
yaitu:
1. Replikasi, pengulangan dari eksperimen
dasar. Hal ini berguna untuk memberikan estimasi yang lebih tepat terhadap
error eksperimen dan memperoleh estimasi yang lebih baik terhadap rata-rata
pengaruh yang ditimbulkan dan perlakuan.
2. Randomisasi, bermanfaat untuk
meningkatkan validitas dan mengurangi bias utamanya dalam hal pembagian
kelompok dan perlakuan.
3. Kontrol internal, melakukan
penimbangan. bloking. dan penge4ompokan dan unit-unit percobaan yang digunakan.
Hal ini bermanfaat untuk membuat prosedur yang lebih akurat, efisien, dan
sensitif.
Error
eksperimen dalam sebuah penelitian eksperimen dapat terjadi karena beberapa
hal, yaitu:
a. Kesalahan dari percobaan yang sedang
dilakukan.
b. Kesalahan pengamatan.
c. Kesalahan pengukuran.
d. Variasi dan bahan yang digunakan dalam
percobaan.
e. Pengaruh kombinasi dari faktor-faktor
luar.
Semakin
banyak replikasi memang membawa konsekuensi penelitian eksperimen itu mahal dan
memakan waktu relatif lama. Oleh karena itu, pertimbangan untuk menentukan
banyaknya replikasi sangat ditentukan oleh:
a. Luas dan banyaknya jenis unit
percobaan.
b. Bentuk unit percobaan.
c. Variabilitas dan ketersediaan material
percobaan.
d. Derajat ketelitian yang diinginkan.
Derajat kebebasan diharapkan tidak boleh kurang dan 10-15.
1. Rancangan Eksperimental-Sungguhan (true—experimental
research)
Tujuan
penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling
hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok
eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya
dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
Rancangan
eksperimental sungguhan yang cukup dikenal adalah:
a. Control group posttest-only design
Dalam
model rancangan ml, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibentuk dengan
prosedur random, sehingga keduanya dapat dianggap setara. Selanjutnya kelompok
eksperimen diberikan perlakuan. Setelah perlakuan telah diberikan dalam jangka
waktu tertentu, maka setelah itu dilakukan pengukuran variabel terikat pada
kedua kelompok tersebut, dan hasilnya dibandingkan perbedaannya.
Model
rancangan ini cocok untuk kondisi yang tidak dimungkinkan diakukan pre test
atau ketika dikhawatirkan akan adanya interaksi antara pre test dengan
perlakuan yang diberikan. Rancangan ml mampu mengendalikan faktor histori,
maturasi, dan pre tes, tetapi tidak mampu mengukur besarnya efek dan
faktor-faktor tersebut.
b. Pre test-post tes control group design
Rancangan
ini lebih baik dan rancangan eksperimen tanpa pre tes, karena aka lebih akurat
dalam memperoleh akibat dan suatu perlakuan dengan perbandingan keadaan dan
variabel terikat pada kelompok eksperimen setelah dikenal perlakuan dan
variabel kontrol yang tidak dikenai oleh perlakuan.
c. Solomon four group design
Rancangan
solomon ini memang tidak banyak digunakan pada jumlah sampel penelitian yang
kecil, namun pada penelitian pertanian dan sosial sering digunakan. Rancangan
ini memiliki keunggulan untuk mengurangi pengaruh pre-test terhadap unit
percobaan dan mengurangi error interaksi antara pre-test dengan perlakuan.
Rancangan
ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu 2 kelompok yang dilakukan pre test-post tes
dan 2 kelompok yang dilakukan pre tes-posttes.
Secara
konkret dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. kelompok perlakuan dan kontrol dengan
pre test.
2. kelompok perlakuan dan kontrol tanpa
pre test.
Khusus
faktorial, pada dasarnya bukan merupakan rancangan penelitian, tetapi memang
sebuah penelitian eksperimen. Oleh karena itu eksperimen faktorial bisa
didekati dengan berbagai rancangan, misalnya dengan randomized complete block.
Keuntungan dan eksperimen faktorial adalah dimungkinkan untuk mengetahui
pengaruh interaksi antar faktor. Oleh karena itu, semua prinsip dasar
penelitian eksperimen harus tetap ada, agar error eksperimen dapat diukur.
Misalnya akan diadakan 2 perlakuan pemberian makanan tambahan yang berupa susu
dan bubur kacang dengan masing-masing 2 level. Maka disusunlah kelompok:
1. Kelompok A, pemberian susu 2 gelas
sehari.
2. Kelompok B, pemberian susu 3 gelas
sehari
3. Kelompok C, pemberian bubur kacang 1
mangkok sehari.
4. Kelompok D, pemberian bubur kacang 2
mangkok sehari.
2. Rancangan Eksperimental Semu
(Quasi-Experimental Research)
Tujuan
rancangan eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan
perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya
dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan
semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi
apa yang ada pada validitas internal dan validitas eksternal rancangannya dan
berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.
Ciri-ciri
rancangan eksperimen semu adalah:
a. Manipulasi eksperimen hanya pada
variabel bebas.
b. Tidak ada pemilihan secara acak untuk
kelompok dan atau
c. Tidak ada kelompok kontrol.
3. Rancangan penelitian uji klinik
Rancangan
penelitian uji klinik sangat khas karena berkaitan dengan pencapaian tujuan
untuk mengetahui khasiat obat, efek samping obat, dosis optimal untuk orang Indonesia,
dan membandingkan efek obat lain. Dalam hal ini rancangan penelitian uji klinik
bersifat eksperimental dan komparatif. Oleh karena itu dalam rancangan uji
klinik, dikenal perlakuan dan plasebo.
Plasebo
adalah bahan inert, tidak berkhasiat, tidak mempunyai efek metabolik yang
berarti, tidak toksik, tidak alergenik, dan tidak memiliki efek farmakologik
terhadap penyakit yang sedang diobati. Plasebo harus diberikan dalam keadaan
yang sama dengan obat yang diteliti dalam arti : bentuk, rasa, dan warna,
sehingga penderita tidak dapat membedakannya dengan obat yang diteliti.
.
A.
Fase pelaksanaan rancangan uji klinik
Pelaksanaan
rancangan uji klinik pada manusia melibatkan dokter dan ahli farmakologi klinik
sebagai pelaksana, pengawas, dan penanggungjawab penelitian. Rancangan uji
klinik meliputi beberapa fase yaitu:
1. Safety evaluation, penelitian ini
dibawah pengawasan ahli farmakologi klinik yang ingin mengetahui efek
farmakodinamika dan farmakokinetik obat pada manusia. Tujuannya untuk menilai
keamanan obat yang diteliti. Subyeknya dapat orang sehat dan orang sakit.
2. Efficacay evaluation, penelitian ml
dilakukan pada subyek yang jumlahnya terbatas di bawah pengawasan dokter ahli
pada bidangnya. Tujuannya untuk menilai efek obat.
3. Multicentre clinical trial, penelitian
yang dilakukan pada sejumlah besar subyek. Tujuannya untuk mengetahui efek
terapi dan efek samping obat dalam skala luas.
4. Post marketing trial, penelitian yang
dilakukan untuk memantau efek terapetik dan efek samping obat yang lebih rinci
sesudah obat tersebut dipasarkan.
B.
Subyek dan penderita serta
Dalam
penelitian yang menggunakan rancangan uji klinik, peranan subyek (sehat) dan
penderita serta sangat penting. Oleh karena itu subyek dan penderita serta
dalam rancangan ini harus memenuhi beberapa syarat yang ketat. Syarat tersebut
meliputi:
1. Kriteria diagnostik merupakan kriteria
penyerta (kriteria inklusi) atau syarat yang diperlukan untuk subyek penelitian
dan berarti bahwa semua persyaratan harus dipenuhi agar kita memperoleh
kelompok penderita yang homogen.
2. Kriteria pre-terapi merupakan kriteria
yang berisi persyaratan antara lain tentang umur, jenis kelamin, status sosial
ekonomi, berat ringannya penyakit, terapi sebelumnya, dan ciri yang lain yang
ada hubungannya dengan penelitian.
3. Kriteria Ko-morbid merupakan kriteria
penyisihan (kriteria ekslusi) yang memuat persyaratan untuk menolak penderita
dalam uji klinik. Misalnya penderita gagal ginjal dengan kadar kreatinin serum
lebih dari 4 mg/dl, sehingga tidak boleh menjadi subyek penelitian.
DAFTAR
PUSTAKA
Alimul
AA. 2003. Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah. Jakarta. Medika
Salemba.
Azwar
S. 1998. Metode Penelitian. Edisi 1. Yogyakarta. Pustaka Pelajar Offset.
Bisri
CH. 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian dan Penulisan Skripsi.
Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Brink
PJ dan Wood MJ. 2000. Langkah Dasar dalam Perencanaan Riset Keperawatan, dan
Pertanyaan sampai Proposal. Edisi ke 4. Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Praktiknya
AW. 2000. Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta.
Raja Grafindo Persada.
Tjokronegoro
A dan Baraas F. 1994. Teknik Penulisan Makalah Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan.
Cetakan ke 2. Jakarta. FKUI.
Tjokroprawiro
A, Pudjirahardjo WJ, dan Putra SH. 1997. Pedoman Penelitian Kedokteran. Cetakan
I. Surabaya. Airlangga University Press.