Selasa, 03 Mei 2016

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN MOTIVASI DENGAN KEAKTIFAN KADER POSYANDU


BAB 1
PENDAHULUAN

1.1     Latar belakang
Keberhasilan pembangunan kesehatan khususnya di pelayanan kesehatan tidak terlepas dari partisipasi dan peran aktif masyarakat dan swasta melalui upaya kesehatan yang bersumber dari masyarakat. Salah satu upaya peran aktif masyarakat dan dalam pelayanan kesehatan adalah program pelayanan terpadu (Posyandu). Pelaksana teknis kegiatan Posyandu yaitu Puskesmas dan pelaksana utama kegiatan Posyandu yaitu masyarakat yang bersedia secara sukarela menjadi kader di kegiatan Posyandu. Keberlangsungan kegiatan ini sangat bergantung pada partisipasi aktif dari kader Posyandu  tersebut (Prang, 2013).

Pada tahun 2014, jumlah posyandu yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia sekitar 330.000 (Beritasatu.com, 2014). Jumlah kader yang aktif tercatat sekitar 940.000 yang tersebar di seluruh Indonesia, dan tidak aktif sekitar 10% (Kemenkes, 2014). Jumlah Posyandu di daerah khususnya di Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2014 sebanyak 2283 unit di 13 Kabupaten/Kota yang terdiri dari Posyandu Pratama 48,66% Posyandu Madya sebanyak 37,80% Posyandu Purnama 11,96% dan selebihnya Posyandu Mandiri 1,58%.

Posyandu aktif Kalimantan Tengah  untuk  tahun 2014 meningkat cukup signifikan sebesar 42,25% bila dibandingkan dengan  tahun 2013 hanya 11,62%  yang  tidak jauh berbeda  juga dengan tahun 2012 masih sangat rendah hanya 11,37%. Jumlah kader yang aktif mencapai 2.520 orang (Dinkes Prov Kalteng, 2014). Sedangkan jumlah posyandu yang ada di wilayah Kabupaten Kapuas sebanyak 334 posyandu dengan kriteria Posyandu Pratama berjumlah 268 posyandu, Madya berjumlah 55 posyandu, Purnama berjumlah 9 posyandu dan Mandiri berjumlah 2 posyandu (Dinkes Kapuas, 2014).



Menurut Riadi  (2012), Posyandu berdasarkan tingkatannya dapat dibagi menjadi 4 yaitu Posyandu Pratama (warna merah), merupakan posyandu yang belum mantap, kegiatan belum rutin dengan kader terbatas, kurang dari 5 (lima) orang, Posyandu Madya (warna kuning), merupakan posyandu dengan kegiatan lebih teratur yaitu lebih dari 8 (delapan) kali per tahun dengan jumlah kader 5 orang atau lebih, tetapi cakupan 5 (lima) kegiatan pokok masih rendah yaitu kurang dari 50 %. Posyandu Purnama (warna hijau), merupakan posyandu madya yang cakupan kelima kegiatan pokoknya lebih dari 50 %, mampu melaksanakan program tambahan dan sudah memperoleh sumber pembiyaaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang jumlah peserta masih terbatas yakni kurang dari 50 % kepala keluarga (KK) di wilayah kerja posyandu. Posyandu Mandiri (warna biru) merupakan posyandu purnama yang sumber pembiayaannya diperoleh dari dana sehat yang dikelola oleh masyarakat dengan jumlah peserta lebih dari 50 % KK di wilayah kerja posyandu.

Menurut Sanusi (2006), saat ini berbagai permasalahan timbul dalam pelaksanaan posyandu salah satunya adalah belum memiliki jumlah kader yang cukup bila dibandingkan dengan sasaran, atau walaupun jumlahnya  mencukupi  tetapi  kadernya  tidak aktif. Masih sering ditemukan di beberapa Posyandu kekurangan tenaga kader atau ada beberapa kader yang tidak aktif lagi sehingga kegiatan Posyandu hanya dilaksanakan oleh 2-3 orang saja kader yang aktif. Sedangkan Depkes (2006) menetapkan jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5 (lima) orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja.

Keaktifan kader sangat menentukan kualitas fungsi dan kinerja posyandu, karena unsur utama dalam pelayanan posyandu adalah kader (Alfiah, 2013). Fungsi kader terhadap posyandu sangat besar yaitu mulai dari tahap perintisan posyandu, penghubung dengan lembaga yang menunjang penyelenggaraan posyandu, sebagai perencana pelaksana dan sebagai pembina serta sebagai penyuluh untuk memotivasi masyarakat yang berperan serta dalam kegiatan posyandu di wilayahnya (Depkes, 2006). Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak lancar dan akibatnya status gizi bayi atau balita tidak dapat dideteksi secara dini dengan jelas, angka kejadian penyakit menular pada anak seperti ISPA dan diare tidak dapat dicegah dengan baik karena salah satu peran kader adalah memberikan penyuluhan kesehatan tentang cara pencegahan penyakit menular pada anak.  Sehingga dapat berdampak pada meningkatnya angka kesakitan dan kematian balita akibat ISPA dan diare (Prang, 2013).

Keaktifan kader Posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling sering adalah karena kurangnya motivasi dari kader dan pengetahuan kader yang kurang tentang manajemen posyandu. Harisman (2012) menyatakan faktor yang mempengaruhi keaktifan kader Posyandu diantaranya tingkat pendidikan, pengetahuan, penghargaan kader dan dukungan keluarga. Nugroho (2008) menyatakan ada hubungan antara  motivasi dengan keaktifan kader posyandu. Djuhaeni (2010) juga menyatakan pengaruh motivasi terhadap peran serta kader dan masyarakat menentukan keberhasilan kegiatan posyandu.

Menurut Djuhaeni (2010), motivasi kader merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan kader. Motivasi  merupakan  faktor paling dominan, baik yang berasal dari dalam diri mereka sendiri ataupun yang berasal dari luar/lingkungannya. Sering kali ditemukan motivasi kader rendah karena disibukan dengan pekerjaan sehari-hari. Penelitian Sanusi (2006) menyatakan sebagian besar motivasi kader yang rendah karena merasa terganggu  aktivitas kerjanya oleh  kegiatan posyandu, sedangkan kader aktif  termotivasi melaksanakan kegiatan Posyandu karena merasa mendapatkan manfaat serta insentif dari kegiatan  posyandu.

Motivasi kader sangat berpengaruh pada keaktifan kader dalam menjalankan kegiatan Posyandu. Bila motivasi kader rendah maka kehadiran kader dalam kegiatan Posyandu akan berkurang sehingga dapat berdampak pada menurunnya keaktifan kader dan kinerja dari Posyandu Tersebut. Djuhaeni (2010) menyatakan pengaruh motivasi terhadap peran serta kader dan masyarakat menentukan keberhasilan kegiatan Posyandu.

Pengetahuan kader tentang Posyandu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan kader. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan kader tentang manajemen posyandu sangat penting dimilki kader Posyandu. Pengetahuan kader tentang manajemen posyandu akan berpengaruh terhadap kemauan, motivasi dan perilaku kader untuk mengaktifkan kegiatan posyandu, sehingga akan mempengaruhi terlaksananya program kerja posyandu (Harisman, 2012).

Kegiatan posyandu yang didasari oleh pengetahuan kader akan mendapat hasil kinerja yang maksimal. Kader yang sudah mengetahui manajemen posyandu akan lebih aktif dan menguasai tugasnya dalam menjalankan posyandu. Pengetahuan kader tentang posyandu akan berpengaruh terhadap  kemauan dan perilaku kader untuk mengaktifkan kegiatan posyandu,  sehingga akan mempengaruhi terlaksananya program kerja posyandu. Perilaku yang didasari pengetahuan  akan lebih  langgeng  dari  pada perilaku yang  tidak  didasari oleh pengetahuan  (Notoatmodjo,  2003).

Beberapa penelitian tentang motivasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan kurangnya keaktifan kader Posyandu, diantaranya penelitian Isaura (2011) menyatakan ada hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu, semakin rendah tingkat pengetahuan maka semakin rendah pula kinerja kader posyandu. Penelitiaan mandagi(2014) menyatakan terdapat hubungan antara pelatihan dan keaktifan kader posyandu. Penelitian Prang (2013) juga menyatakan bahwa faktor pengetahuan dan motivasi kader merupakan faktor yang bisa berpengaruh terhadap keaktifan kader Posyandu.

Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai Kabupaten Kapuas pada tahun 2014 tercatat mempunyai 13 Posyando yang terdiri dari 5 Posyandu pratama dan 8 Posyandu Madya dengan jumlah kader sebanyak 65 orang yang tercatat di Puskesmas. Puskesmas sering mendapatkan laporan dari Masyarakat bahwa Posyandu masih kekurangan tenaga kader. Berdasarkan data dari Puskesmas Lamunti hanya 26 kader saja yang masih aktif dari 13 Posyando yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti. Studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan September 2015 di 4 Posyandu yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Lamunti dengan jumlah kader sebanyak  20 orang yang tercatat bertugas di 4 Posyandu tersebut. Dari catatan daftar hadir didapatkan data 2 Posyandu hanya dihadir oleh 2 kader atau 10.0% saja di tiap Posyandunya dan 2 Posyandu lainnya hanya dihadiri oleh 3 kader atau 15.0% saja di tiap Posyandunya dari 5 kader yang seharusnya bertugas dalam satu Posyandu. Berdasarkan wawancara langsung penulis kepada 5 orang kader yang masih aktif tersebut didapatkan data 2 orang kader atau 40.0% menyatakan mempunyai motivasi tinggi untuk membantu kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu, 3 orang kader atau 60.0% menyatakan mengerti dan tahu tentang manajemen pelaksanaan kegiatan serta mempunyai motivasi dan pengetahuan tentang manajemen kegiatan Posyandu.

Keaktifan kader dan hubungannya dengan motivasi dan pengetahuan kader sangat penting untuk diketahui sebagai dasar bagi Puskesmas dalam merencanakan intervensi pembinaan kepada kader yang kurang/tidak aktif. Apabila masalah motivasi dan pengetahuan kader tentang Posyandu dapat mempengaruhi keaktifan kader, maka intervensi pembinaan kepada kader dapat lebih terarah dan difokuskan pada pembinaan masalah tersebut.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menguji hubungan antara pengetahuan dan motivasi dengan keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai.

1.2     Rumusan masalah
Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan motivasi dengan keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai?

1.3     Tujuan penelitian
1.3.1     Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan motivasi dengan keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai
1.3.2     Tujuan khusus
1.3.2.1     Mengidentifikasi pengetahuan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai
1.3.2.2     Mengidentifikasi motivasi kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai
1.3.2.3     Mengidentifikasi keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai
1.3.2.4     Menganalisis hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai
1.3.2.5     Menganalisis hubungan motivasi dengan keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai

1.4     Manfaat penelitian
1.4.1     Bagi Puskesmas
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan gambaran bagi manajemen Puskesmas Lamunti dalam merencanakan kegiatan pembinaan kepada kader-kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas lamunti.


1.4.2     Bagi Kader
Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi penting bagi kader dan masyarakat sehingga dapat menambah pengetahuan dan motivasi kader untuk lebih aktif lagi dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan Posyandu.
1.4.3     Bagi petugas kesehatan
Hasil penelitian ini dapat membantu petugas kesehatan khususnya yang ada di Puskesmas dan Posyandu dalam mengatasi masalah ketidakaktifan kader Posyandu sehingga kegiatan Posyandu selalu dapat dilaksanakan secara rutin.

1.5     Penelitian terkait
1.5.1     Penelitian Henni Djuhaeni (2010), meneliti tentang motivasi kader meningkatkan keberhasilan kegiatan posyandu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh serta faktor motivasi yang paling berpengaruh terhadap  peran serta  kader dan masyarakat dalam kegiatan posyandu di  Kabupaten  Kuningan.
Perbedaan penelitian dengan yang akan dilakukan penulis adalah pada metode penelitian yaitu menggunakan pendekatan cross  sectional  explanatory  survey sedangkan metode penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan metode deskriftip korelatif dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 100 responden sedangkan perkiraan jumlah sampel pada penelitian yang akan dilakukan penulis sebanyak 30 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling sedangkan teknik sampling pada penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan teknik sampling aksidental.
1.5.2     Penelitian Harisman (2012), meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara.
Tujuan penelitian diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader posyandu di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung Utara. 
Perbedaan penelitian dengan yang akan dilakukan penulis adalah pada metode penelitian yaitu menggunakan metode cross  sectional  sedangkan metode penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan metode deskriftip korelatif dengan pendekatan cross sectional, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 50 responden sedangkan perkiraan jumlah sampel pada penelitian yang akan dilakukan penulis sebanyak 30 responden. Variabel independen yang diteliti pada penelitian ini yaitu tingkat pendidikan, pengetahuan, penghargaan kader dan dukungan keluarga sedangkan variabel independen yang akan diteliti penulis adalah motivasi dan pengetahuan kader.

0 komentar:

Posting Komentar