BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Keberhasilan
pembangunan kesehatan khususnya di pelayanan kesehatan tidak terlepas dari
partisipasi dan peran aktif masyarakat dan swasta melalui upaya kesehatan yang
bersumber dari masyarakat. Salah satu upaya peran aktif masyarakat dan dalam
pelayanan kesehatan adalah program pelayanan terpadu (Posyandu). Pelaksana
teknis kegiatan Posyandu yaitu Puskesmas dan pelaksana utama kegiatan Posyandu
yaitu masyarakat yang bersedia secara sukarela menjadi kader di kegiatan
Posyandu. Keberlangsungan kegiatan ini sangat bergantung pada partisipasi aktif
dari kader Posyandu tersebut (Prang,
2013).
Pada tahun 2014, jumlah posyandu yang tersebar di 33 provinsi
di Indonesia sekitar 330.000 (Beritasatu.com, 2014). Jumlah kader yang aktif
tercatat sekitar 940.000 yang tersebar di seluruh Indonesia, dan tidak aktif
sekitar 10% (Kemenkes, 2014). Jumlah Posyandu di daerah khususnya di Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2014 sebanyak 2283 unit di 13 Kabupaten/Kota yang
terdiri dari Posyandu Pratama 48,66% Posyandu Madya sebanyak 37,80% Posyandu
Purnama 11,96% dan selebihnya Posyandu Mandiri 1,58%.
Posyandu aktif Kalimantan Tengah untuk
tahun 2014 meningkat cukup signifikan sebesar 42,25% bila dibandingkan
dengan tahun 2013 hanya 11,62% yang
tidak jauh berbeda juga dengan
tahun 2012 masih sangat rendah hanya 11,37%. Jumlah kader yang aktif mencapai
2.520 orang (Dinkes Prov Kalteng, 2014). Sedangkan jumlah posyandu yang ada di
wilayah Kabupaten Kapuas sebanyak 334 posyandu dengan kriteria Posyandu Pratama
berjumlah 268 posyandu, Madya berjumlah 55 posyandu, Purnama berjumlah 9
posyandu dan Mandiri berjumlah 2 posyandu (Dinkes Kapuas, 2014).
Menurut
Riadi (2012), Posyandu berdasarkan tingkatannya dapat dibagi menjadi 4
yaitu Posyandu Pratama (warna merah), merupakan posyandu yang belum mantap,
kegiatan belum rutin dengan kader terbatas, kurang dari 5 (lima) orang, Posyandu
Madya (warna kuning), merupakan posyandu dengan kegiatan lebih teratur yaitu
lebih dari 8 (delapan) kali per tahun dengan jumlah kader 5 orang atau lebih,
tetapi cakupan 5 (lima) kegiatan pokok masih rendah yaitu kurang dari 50 %. Posyandu
Purnama (warna hijau), merupakan posyandu madya yang cakupan kelima kegiatan
pokoknya lebih dari 50 %, mampu melaksanakan program tambahan dan sudah
memperoleh sumber pembiyaaan dari dana sehat yang dikelola masyarakat yang
jumlah peserta masih terbatas yakni kurang dari 50 % kepala keluarga (KK) di wilayah
kerja posyandu. Posyandu Mandiri (warna biru) merupakan posyandu purnama
yang sumber pembiayaannya diperoleh dari dana sehat yang dikelola oleh
masyarakat dengan jumlah peserta lebih dari 50 % KK di wilayah kerja posyandu.
Menurut Sanusi (2006), saat ini
berbagai permasalahan timbul dalam pelaksanaan posyandu salah satunya adalah belum
memiliki jumlah kader yang cukup bila dibandingkan dengan sasaran, atau walaupun
jumlahnya mencukupi tetapi
kadernya tidak aktif. Masih sering ditemukan di beberapa Posyandu
kekurangan tenaga kader atau ada beberapa kader yang tidak aktif lagi sehingga
kegiatan Posyandu hanya dilaksanakan oleh 2-3 orang saja kader yang aktif. Sedangkan
Depkes (2006) menetapkan jumlah minimal kader untuk setiap posyandu adalah 5
(lima) orang sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh
posyandu, yakni yang mengacu pada sistem 5 meja.
Keaktifan
kader sangat menentukan kualitas fungsi dan kinerja posyandu, karena unsur
utama dalam pelayanan posyandu adalah kader (Alfiah, 2013). Fungsi kader
terhadap posyandu sangat besar yaitu mulai dari tahap perintisan posyandu,
penghubung dengan lembaga yang menunjang penyelenggaraan posyandu, sebagai
perencana pelaksana dan sebagai pembina serta sebagai penyuluh untuk memotivasi
masyarakat yang berperan serta dalam kegiatan posyandu di wilayahnya (Depkes,
2006). Bila kader tidak aktif maka pelaksanaan posyandu juga akan menjadi tidak
lancar dan akibatnya status gizi bayi atau balita tidak dapat dideteksi secara
dini dengan jelas, angka kejadian penyakit menular pada anak seperti ISPA dan
diare tidak dapat dicegah dengan baik karena salah satu peran kader adalah
memberikan penyuluhan kesehatan tentang cara pencegahan penyakit menular pada
anak. Sehingga dapat berdampak pada
meningkatnya angka kesakitan dan kematian balita akibat ISPA dan diare (Prang, 2013).
Keaktifan
kader Posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya yang paling
sering adalah karena kurangnya motivasi dari kader dan pengetahuan kader yang
kurang tentang manajemen posyandu. Harisman (2012) menyatakan faktor yang
mempengaruhi keaktifan kader Posyandu diantaranya tingkat pendidikan, pengetahuan,
penghargaan kader dan dukungan keluarga. Nugroho (2008) menyatakan ada hubungan
antara motivasi dengan keaktifan kader posyandu.
Djuhaeni (2010) juga menyatakan pengaruh motivasi terhadap peran serta kader dan masyarakat
menentukan keberhasilan kegiatan posyandu.
Menurut Djuhaeni (2010), motivasi kader merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi keaktifan kader. Motivasi merupakan
faktor paling dominan, baik yang berasal dari dalam diri
mereka sendiri
ataupun yang berasal dari luar/lingkungannya. Sering kali ditemukan motivasi
kader rendah karena disibukan dengan pekerjaan sehari-hari. Penelitian Sanusi (2006)
menyatakan sebagian besar motivasi kader yang rendah karena merasa terganggu aktivitas
kerjanya oleh kegiatan posyandu, sedangkan kader aktif termotivasi melaksanakan kegiatan Posyandu karena merasa mendapatkan manfaat serta insentif dari kegiatan posyandu.
Motivasi kader sangat berpengaruh pada keaktifan kader dalam
menjalankan kegiatan Posyandu. Bila motivasi kader rendah maka kehadiran kader
dalam kegiatan Posyandu akan berkurang sehingga dapat berdampak pada menurunnya
keaktifan kader dan kinerja dari Posyandu Tersebut. Djuhaeni (2010) menyatakan
pengaruh motivasi terhadap peran serta kader dan masyarakat menentukan
keberhasilan kegiatan Posyandu.
Pengetahuan
kader tentang Posyandu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi
keaktifan kader. Menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan atau kognitif
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang. Pengetahuan
kader tentang manajemen posyandu sangat penting dimilki kader Posyandu. Pengetahuan
kader tentang manajemen posyandu akan berpengaruh terhadap kemauan, motivasi
dan perilaku kader untuk mengaktifkan kegiatan posyandu, sehingga akan
mempengaruhi terlaksananya program kerja posyandu (Harisman, 2012).
Kegiatan
posyandu yang didasari oleh pengetahuan kader akan mendapat hasil kinerja yang maksimal.
Kader yang sudah mengetahui manajemen posyandu akan lebih aktif dan menguasai
tugasnya dalam menjalankan posyandu. Pengetahuan kader tentang posyandu akan
berpengaruh terhadap kemauan dan
perilaku kader untuk mengaktifkan kegiatan posyandu, sehingga akan mempengaruhi terlaksananya
program kerja posyandu. Perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih
langgeng dari pada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan
(Notoatmodjo, 2003).
Beberapa
penelitian tentang motivasi dan pengetahuan yang berkaitan dengan kurangnya keaktifan
kader Posyandu, diantaranya penelitian Isaura (2011) menyatakan ada hubungan
yang bermakna antara tingkat pengetahuan dengan kinerja kader posyandu, semakin
rendah tingkat pengetahuan maka semakin rendah pula kinerja kader posyandu.
Penelitiaan mandagi(2014) menyatakan terdapat hubungan antara pelatihan dan
keaktifan kader posyandu. Penelitian Prang (2013) juga menyatakan bahwa faktor pengetahuan
dan motivasi kader merupakan faktor yang bisa berpengaruh terhadap keaktifan
kader Posyandu.
Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai Kabupaten
Kapuas pada tahun 2014 tercatat mempunyai 13 Posyando yang terdiri dari 5
Posyandu pratama dan 8 Posyandu Madya dengan jumlah kader sebanyak 65 orang
yang tercatat di Puskesmas. Puskesmas sering mendapatkan laporan dari Masyarakat
bahwa Posyandu masih kekurangan tenaga kader. Berdasarkan data dari Puskesmas Lamunti
hanya 26 kader saja yang masih aktif dari 13 Posyando yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Lamunti. Studi pendahuluan yang dilakukan penulis pada bulan September
2015 di 4 Posyandu yang ada di wilayah Kerja Puskesmas Lamunti dengan jumlah kader
sebanyak 20 orang yang tercatat bertugas
di 4 Posyandu tersebut. Dari catatan daftar hadir didapatkan data 2 Posyandu
hanya dihadir oleh 2 kader atau 10.0% saja di tiap Posyandunya dan 2 Posyandu
lainnya hanya dihadiri oleh 3 kader atau 15.0% saja di tiap Posyandunya dari 5
kader yang seharusnya bertugas dalam satu Posyandu. Berdasarkan wawancara
langsung penulis kepada 5 orang kader yang masih aktif tersebut didapatkan data
2 orang kader atau 40.0% menyatakan mempunyai motivasi tinggi untuk membantu
kegiatan pelayanan kesehatan di Posyandu, 3 orang kader atau 60.0% menyatakan
mengerti dan tahu tentang manajemen pelaksanaan kegiatan serta mempunyai
motivasi dan pengetahuan tentang manajemen kegiatan Posyandu.
Keaktifan kader dan hubungannya dengan motivasi
dan pengetahuan kader sangat penting untuk diketahui sebagai dasar bagi
Puskesmas dalam merencanakan intervensi pembinaan kepada kader yang
kurang/tidak aktif. Apabila masalah motivasi dan pengetahuan kader tentang
Posyandu dapat mempengaruhi keaktifan kader, maka intervensi pembinaan kepada
kader dapat lebih terarah dan difokuskan pada pembinaan masalah tersebut.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
di atas maka penulis tertarik untuk meneliti dan menguji hubungan antara
pengetahuan dan motivasi dengan keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah
kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai.
1.2 Rumusan masalah
Apakah ada hubungan antara pengetahuan dan
motivasi dengan keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas
Lamunti Kecamatan Mantangai?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1
Tujuan umum
Untuk
mengetahui hubungan antara pengetahuan dan motivasi dengan
keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan
Mantangai
1.3.2
Tujuan khusus
1.3.2.1
Mengidentifikasi pengetahuan kader Posyandu
yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai
1.3.2.2 Mengidentifikasi
motivasi kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan
Mantangai
1.3.2.3 Mengidentifikasi
keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Lamunti Kecamatan
Mantangai
1.3.2.4 Menganalisis
hubungan pengetahuan dengan keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai
1.3.2.5 Menganalisis
hubungan motivasi dengan keaktifan kader Posyandu yang ada di wilayah kerja
Puskesmas Lamunti Kecamatan Mantangai
1.4 Manfaat penelitian
1.4.1
Bagi Puskesmas
Hasil
penelitian ini dapat dijadikan sebagai dasar dan gambaran bagi manajemen
Puskesmas Lamunti dalam merencanakan kegiatan pembinaan kepada kader-kader
Posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas lamunti.
1.4.2
Bagi Kader
Hasil
penelitian ini dapat memberikan informasi penting bagi kader dan masyarakat
sehingga dapat menambah pengetahuan dan motivasi kader untuk lebih aktif lagi
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan Posyandu.
1.4.3
Bagi petugas kesehatan
Hasil
penelitian ini dapat membantu petugas kesehatan khususnya yang ada di Puskesmas
dan Posyandu dalam mengatasi masalah ketidakaktifan kader Posyandu sehingga
kegiatan Posyandu selalu dapat dilaksanakan secara rutin.
1.5 Penelitian terkait
1.5.1
Penelitian Henni Djuhaeni (2010), meneliti tentang motivasi kader meningkatkan
keberhasilan kegiatan posyandu. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis
pengaruh serta faktor motivasi yang paling berpengaruh terhadap peran serta
kader dan masyarakat dalam kegiatan posyandu di Kabupaten
Kuningan.
Perbedaan
penelitian dengan yang akan dilakukan penulis adalah pada metode penelitian
yaitu menggunakan pendekatan cross sectional
explanatory survey sedangkan
metode penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan metode deskriftip
korelatif dengan pendekatan cross
sectional, jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 100 responden
sedangkan perkiraan jumlah sampel pada penelitian yang akan dilakukan penulis
sebanyak 30 responden. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini
menggunakan purposive sampling sedangkan
teknik sampling pada penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan teknik
sampling aksidental.
1.5.2
Penelitian Harisman (2012), meneliti tentang faktor-faktor yang
mempengaruhi keaktifan kader posyandu di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi
Selatan Kabupaten Lampung Utara.
Tujuan
penelitian diketahuinya faktor-faktor yang mempengaruhi keaktifan kader
posyandu di Desa Mulang Maya Kecamatan Kotabumi Selatan Kabupaten Lampung
Utara.
Perbedaan penelitian dengan yang akan dilakukan
penulis adalah pada metode penelitian yaitu menggunakan metode cross
sectional sedangkan metode
penelitian yang akan dilakukan penulis menggunakan metode deskriftip korelatif
dengan pendekatan cross sectional,
jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 50 responden sedangkan perkiraan
jumlah sampel pada penelitian yang akan dilakukan penulis sebanyak 30
responden. Variabel independen yang diteliti pada penelitian ini yaitu tingkat
pendidikan, pengetahuan, penghargaan kader dan dukungan keluarga sedangkan
variabel independen yang akan diteliti penulis adalah motivasi dan pengetahuan
kader.
0 komentar:
Posting Komentar